Ketika acara pertemuan di Hotel Bumi Asih telah selesai. Kami masih menyempatkan diri untuk beristirahat di indahnya suasana Pantai Pandan. Di indahnya suasana siang di bibir pantai Sibolga. Tak lupa kami beli lagi es Conello di tempat ini. Sambil menikmati es yang begitu nikmat, kamì asyik saja memperhatikan anak anak yang sedang bermain berenang di lepas pantai wisata ini. Sekitar satu jam lamanya kami mengobrol di pantai Pandan, di bawah pohon tusam yang tumbuh berbaris, kamipun segera beranjak untuk pergi ke pusat Kota Sibolga, buat jalan jalan sore.
Kami berangkat meninggalkan
Pantai Pandan ini dengan menelusuri pantai. Begitu lokasi pekarangan Hotel Bumi Asih sudah berlalu, kamipun sampai ke lokasi wisata yang dikelola masyarakat umum.
Tiba tiba mataku terperogok melihat ada banyak gubuk kecil di pinggir pantai, ini saya benar benar terkejut sekali. Saya tersentak melihat banyak gubuk kecil yang nampaknya disediakan untuk kapasitas dua orang. Gubuknya diberi dinding separoh. Dengan tujuan bila ada sepasang muda mudi yang berpacaran di dalamnya, akan aman tak bisa dilihat pengunjung pantai. Ya ampun, kenapa Kota Sibolga sudah jadi begini. Saya bahkan sempat melihat hampir tiap gubuk berisi sepasang anak muda yang berpacaran. Yang nampak oleh mataku hanya kakinya saja. Itupun karena kaki mereka tepat di depan pintu. Badan mereka tak nampak karena setengah dinding yang menghalang. Mereka nampak bisa memadu kasih di dalamnya dengan bebas. Tak ada yang memperhatikan betapa mesumnya tempat itu ketika kami ada. Tapi tempat itu memang sudah sengaja disediakan. Tempat itu seakan telah memberi tahu semua pengunjung bahwa telah tersedia gubuk bercinta di pantai Pandan ini.
Entah adegan apa yang sedang dilakukan anak muda mudi bercinta di dalamnya. Sungguh tidak ada lagi yang tahu karena ada dinding dangaunya. Saya benar benar kasihan melihat turunnya hal dekadensi moral ini. Masalah ini telah terjadi di pantai ini.
Selepas dari sini, kami pergi lagi melihat banyak souvenir yg diperjual belikan di sepanjang pantai itu. Kami terus melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Main main lagi ke pelabuhan ferry tujuan Nias. Banyak keindahan yang tak sempat kutuliskan di halaman ini. Banyak kenikmatan jiwa. Tapi waktu terlampau sempit untuk menuliskannya. Semoga di lain waktu, saya akan punya kesempatan menceritakannya dgn detail.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you
Oleh penulis buku:
Salam Dari Penulis Buku:
40 Hari Di Tanah Suci.